Kata Pengantar
Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah SWT, karena
dengan rahmat dan karunia-Nya kami masih diberi kesempatan untuk bekerja
bersama untuk menyelesaikan makalah ini yaitu tentang Kerajaan Hindu-Budha.
Tidak
lupa kami ucapkan terimakasih kepada Guru dan teman-teman yang telah memberikan
dukungan dalam menyelesaikan makalah ini. Kami menyadari bahwa dalam penulisan
makalah ini masih banyak kekurangan, oleh sebab itu kami sangat mengharapkan
kritik dan saran yang membangun.
Dan
semoga dengan selesainya makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan
teman-teman. Amin...
Demak,
09 Januari 2016
Penulis
|
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Indonesia mulai berkembang pada zaman kerajaan Hindu-Buddha
berkat hubungan dagang dengan negara-negara tetangga maupun yang lebih jauh
seperti India, Tiongkok, dan wilayah Timur Tengah. Agama Hindu masuk ke
Indonesia diperkirakan pada awal tarikh Masehi, dibawa oleh para musafir dari
India antara lain: Maha Resi Agastya, yang di Jawa terkenal dengan sebutan
Batara Guru atau Dwipayana dan juga para musafir dari Tiongkok yakni musafir
Budha Pahyien.
Pada abad ke-4 di Jawa Barat terdapat kerajaan yang bercorak
Hindu-Buddha, yaitu kerajaan Tarumanagara yang dilanjutkan dengan Kerajaan
Sunda sampai abad ke-16.
Pada masa ini pula muncul dua kerajaan besar, yakni
Sriwijaya dan Majapahit. Pada masa abad ke-7 hingga abad ke-14, kerajaan Buddha
Sriwijaya berkembang pesat di Sumatra. Penjelajah Tiongkok I-Tsing mengunjungi
ibukotanya Palembang sekitar tahun 670. Pada puncak kejayaannya, Sriwijaya
menguasai daerah sejauh Jawa Tengah dan Kamboja. Abad ke-14 juga menjadi saksi
bangkitnya sebuah kerajaan Hindu di Jawa Timur, Majapahit. Patih Majapahit
antara tahun 1331 hingga 1364, Gajah Mada, berhasil memperoleh kekuasaan atas
wilayah yang kini sebagian besarnya adalah Indonesia beserta hampir seluruh
Semenanjung Melayu. Warisan dari masa Gajah Mada termasuk kodifikasi hukum dan
pembentukan kebudayaan Jawa, seperti yang terlihat dalam wiracarita Ramayana.
Masuknya ajaran Islam pada sekitar abad ke-12, melahirkan
kerajaan-kerajaan bercorak Islam yang ekspansionis, seperti Samudera Pasai di
Sumatera dan Demak di Jawa. Munculnya kerajaan-kerajaan tersebut, secara perlahan-lahan
mengakhiri kejayaan Sriwijaya dan Majapahit, sekaligus menandai akhir dari era
ini.
1.2 Perumusan Masalah
1. Bagaimana
awal mula munculnya Agama Hindu di Indonesia?
2. Bagaimana
Proses perkembangan Agama tersebut di Indonesia?
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Masuknya Agama Hindu dan Budha ke Indonesia
Agama Hindu dan Budha berasal dari India. Kedua agama
tersebut masuk dan dianut oleh penduduk di berbgai wilayah nusantara pada waktu
yang hampir bersamaan, sekitar abad ke empat, bersamaan dengan mulai
berkembangnya hubungan dagang antara Indonesia dengan India dan Cina. Sebelum
pengaruh Hindu dan Budha masuk ke Indonesia, diperkirakan penduduk Indonesia
menganut kepercayaan dinamisme dan animisme.
Agama Budha disebarluaskan ke
Indonesia oleh para bhiksu, sedangkan mengenai pembawa agama Hindu ke Indonesia
terdapat 4 teori sebagai berikut :
·
Teori
ksatria (masuknya agama Hindu disebarkan oleh para ksatria)
·
Teori
waisya (masuknya agama Hindu disebarkan oleh para pedagang yang berkasta waisya)
·
Teori
brahmana (masuknya agama Hindu disebarkan oleh para brahmana)
·
Teori
campuran (masuknya agama Hindu disebarkan oleh ksatria, brahmana, maupun
waisya)
Bukti
tertua adanya pengaruh India di Indonesia adalah ditemukannya Arca Budha dari
perunggu di Sempaga, Sulawesi Selatan. Antara abad ke 4 hingga abad ke 16 di
berbagai wilayah nusantara berdiri berbagai kerajaan yang bercorak agama Hindu
dan Budha.
2.2 Berkembangnya Agama Serta
Kebudayaan Hindu-Budha Di Indonesia
Masuknya agama dan kebudayaan Hindu-Budha membawa perubahan
kehidupan masyarakat Indonesia, antara lain :
·
Semula
belum mengenal tulisan (masa praaksara) menjadi mengenal tulisan dan memasuki
zaman sejarah (masa aksara).
·
Semula
hanya mengenal dan menganut kepercayaan animisme dan dinamisme kemudian
mengenal dan menganut agama dan kebudayaan Hindu-Budha.
·
Semula
hanya mengenal sistem kesukuan dengan kepala suku sebagai pemimpinnya menjadi
pengenal dan menganut sistem pemerintahan kerajaan dengan raja sebagai pimpinan
pemerintahan yang bercorak Hindu-Budha.
2.3 Teori masuk dan berkembangnya kebudayaan Hindu-Budha
sebagai berikut.
a.
Teori
waisya, berpendapat bahwa masuknya agama dan kebudayaan Hindu dibawa oleh
golongan pedagang (waisya). Mereka mengikuti angin musim (setengah tahun
berganti arah) sehingga enam bulan menetap di Indonesia dan menyebarkan agama
dan kebudayaan Hindu. Salah satu tokoh pendukung hipotesis waisya adalah
N.J.Krom.
b.
Teori
Ksatria, pembawa agama dan kebudayaan Hindu ialah golongan ksatria yang kalah
perang di India, kemudian lari ke Indonesia. Salah seorang pendukung hipotesis
ksatria adalah C.C.Berg.
c.
Teori
Brahmana, pembawa agama dan kebudayaan hindu ke Indonesia ialah golongan
Brahmana yang diundang oleh raja raja Indonesia untuk menobatkan dengan upacara
Hindu (abhiseka=penobatan). Pendukung hipotesis ini adalah J.C.van Leur.
d.
Teori
nasional, bahwa bangsa Indonesia yang berdagang ke India pulang dengan membawa
agama dan kebudayaan Hindu atau sebaliknya orang-orang Indonesia (raja)
mengundang Brahmana kemudian Brahmana menyebarkan agama dan kebudayaan Hindu di
Indonesia. Pendapat ini disebut teori arus balik. Pendukung teori ini adalah
F.D.K.Bosch.
2.4 Kerajaan-kerajaan Hindu Budha di Indonesia
1. Kerajaan Kutai
Kerajaan Hindu pertama di Indonesia. Terletak di Tepi Sungai
Mahakam, Kalimantan Timur. Di Kutai ditemukan prasasti berupa "yupa"
yaitu tugu batu yang digunakan dalam upacara kurban. Yupa ini bertuliskan huruf
Pallawa dan Bahasa Sankserta, diperkirakan berasal dari tahun 400 M. Dalam Yupa
diterangkan mengenai silsilah raja-raja Kutai. Raja Kutai yang pertama adalah
Kudungga(nama ini diperkirakan asli orang Indonesia). Kudungga mempunyai putra
yang bernama Aswawarman, nama ini diperkirakan berasal dari India sehingga
Aswawarman dianggap sebagai "wangsakarta" atau pembentuk
keluarga/dinasti. Selain itu ia juga dijuluki "Ansuman" atau dewa
matahari. Aswawarman mempunyai putra bernama Mulawarman. Mulawarman adalah raja
yang terbesar/terkenal di Kutai. Kutai adalah salah satu kerajaan tertua di
Indonesia, yang diperkirakan muncul pada abad 5 M atau± 400 M, keberadaan
kerajaan tersebut diketahui berdasarkan sumber berita yang ditemukan yaitu
berupa prasasti yang berbentuk Yupa/tiang batu berjumlah 7 buah. Prasasti Yupa
yang menggunakan huruf Pallawa dan bahasa sansekerta tersebut, dapat
disimpulkantentang keberadaan kerajaan Kutai dalam berbagai aspek kebudayaan
yaitu antara lain politik,sosial, ekonomi, dan budaya.
2. Kerajaan Tarumanegara
Kerajaan Hindu ini terletak di dekat sungai Citarum, Jawa
Barat. Kerajaan ini di perkirakan berdiri tahun 450 M. Raja yang paling
terkenal adalah Purnawarman. Ia adalah raja yang sangat baik terhadap rakyat,
hal ini dibuktikan dengan pembuatan irigasi atau sungai untuk mengairi sawah
dan mencegah banjir, sungai ini diberi nama sungai "Gomati".
Prasasti-prasasti peninggalan kerajaan Tarumanegara antara lain Prasasti Tugu,
Munjul, Kebon Kopi, Pasir Awi, Jambu,Ciaruteun, dan Muara Cianten.
3. Kerajaan Kaling
Keterangan mengenai kerajaan ini diperoleh dari prasasti Tuk
mas. Berdasarkan prasasti ini diperkirakan Kerajaan Kaling berada di sekitar
Purwodadi dan Blora. Raja yang terkenal adalah Ratu Sima. Ia dikenal sebagai
Ratu yang tegas, jujur, dan bijaksana.
4. Kerajaan Sriwijaya
Keterangan mengenai kerajaan sriwijaya diperoleh dari berita
perjalanan I-Tsing, seorang pendeta Budha dari Cina. Sriwijaya merupakan
kerajaan Budha yang berada di Sumatra Selatan. Selain dari I-Tsing, keterangan
mengenai Sriwijaya juga diperoleh dari Prasasti-prasasti antara lain : Prasasti
kedukan bukit yang berisi tentang perjalanan suci Sang Dapunta Hyang, Prasasti
Kota Kapur yang berisi permintaan kepada para dewa untuk menjaga kesatuan
Sriwijaya, Prasasti Telaga Batu yang berisi kutukan terhadap mereka yang
berbuat kejahatan, prasasti Talang tuo dan prasasti Karang Berahi. Sriwijaya
adalah nama kerajaan yang tentu sudah tidak asing bagi Anda, karena Sriwijaya
adalahsalah satu kerajaan maritim terbesar di Indonesia bahkan di Asia Tenggara
pada waktu itu (abad 7 -15 M).Jika Anda ingin mengetahui perkembangan Sriwijaya
hingga mencapai puncak kebesarannya sebagai kerajaan Maritim, maka Anda harus
mengetahui terlebih dahulu sumber-sumber sejarahyang membuktikan keberadaan
kerajaan tersebut.Sumber-sumber sejarah kerajaan Sriwijaya selain berasal dari
dalam juga berasal dari luar sepertidari Cina, India, Arab, Persia.
Sumber-sumber dari dalam negeri
Sumber dari dalam negeri berupa
prasasti yang berjumlah 6 buah yang menggunakan bahasa Melayu Kuno dan huruf
Pallawa, serta telah menggunakan angka tahun Saka.
a.
Prasasti
Kedukan Bukit ditemukan di Kedukan Bukit, di tepi sungai Talang dekat Palembang,
berangka tahun 605 Saka atau 683 M. Isi prasasti tersebut menceritakan
perjalanansuci/Sidayatra yang dilakukan Dapunta Hyang, berangkat dari
Minangatamwan dengan membawa tentara sebanyak 20.000 orang. Dari perjalanan
tersebut berhasil menaklukkan beberapa daerah.
b.
Prasasti
Talang Tuo ditemukan di sebelah barat kota Palembang berangka tahun 606 Saka
/684 M. Prasasti ini menceritakan pembuatan Taman Sriksetra untuk kemakmuran
semuamakhluk dan terdapat doa-doa yang bersifat Budha Mahayana.
c.
Prasasti
Telaga Batu ditemukan di Telaga Batu dekat Palembang berangka tahun 683 M.
d.
Prasasti
Kota Kapur ditemukan di Kota Kapur pulau Bangka berangka tahun 608 Saka / 686M
e.
Prasasti
Karang Berahi ditemukan di Jambi tidak berangka tahun.
Prasasti Palas Pasemah ditemukan di
Lampung Selatan tidak berangka tahunKeempat Prasasti yang disebut terakhir
yaitu Prasasti Telaga Batu, Kota Kapur, Karang bukit, danPalas Pasemah
menjelaskan isi yang sama yaitu berupa kutukan terhadap siapa saja yang tidak
tunduk kepada raja Sriwijaya.
5. Kerajaan Mataram Kuno
Keterangan mengenai kerajaan ini diperoleh berdasarkan
prasasti Gunung Wukir, Magelang. Kerajaan ini diperintah oleh Raja Sanjaya dan
Raja Sanna (Sanjaya adalah keponakan Sanna. Kerajaan Mataram diperintah oleh
raja-raja dari Dinasti Sanjaya (yang menganut agama Hindu ) dan raja-raja dari
Dinasti Syailendra (yang menganut Agama Budha). Setelah Raja Sanjaya meninggal,
Mataram diperintah oleh Rakai Panangkaran. Setelah Panangkaran yang berkuasa
adalah Samaratungga, pada masa kekuasaan Samaratungga dibangun Candi Borobudur.
Pengganti Samaratungga adalah menantunya yaitu Rakai Pikatan (suami dari
Pramodhawardani). Kerajaan Mataram mencapai Puncak kejayaan pada masa
kepemimpinan Raja Balitung. Pada tahun 929 M, pusat kerajaan Mataram
dipindahkan ke Watugaluh (JawaTimur) oleh Empu Sindok. Hal ini dilakukan untuk
menghindari ancaman bahaya letusan gunung berapi. Pengganti Empu Sindok adalah
Dharmawangsa. Ketika kepemimpinannya terjadi peristiwa "Pralaya
Medang" yaitu penyerbuan Mataram oleh Wura Wari (bawahan Darmawangsa yang
dihasut oleh Sriwijaya). Pengganti Dharmawangsa sekaligus raja terakhir Mataram
adalah Airlangga. Airlangga adalah menantu Dharmawangsa. Berakhirnya kerajaan
mataram karena Airlangga membagi kerajaan menjadi dua untuk menghindari
perebutan kekuasaan antara putra Darmawangsa dan putra Airlangga, Mapanji
Garasakan. Mataram dibagi menjadi dua yaitu Jenggala atau singosari yang beribu
kota di kahuripan dan Panjalu atau Kediri yang beribu kota di Daha.
Kerajaan
Mataram Kuno atau disebut dengan Bhumi Mataram. Pada awalnya terletak di
JawaTengah. Daerah Mataram dikelilingi oleh banyak pegunungan dan di tengahnya
banyak mengalir sungai besar diantaranya sungai Progo, Bogowonto, Elo, dan
Bengawan Solo. Keadaan tanahnyasubur sehingga pertumbuhan penduduknya cukup
pesat.
Prasasti-prasasti
yang menjelaskan tentang keberadaan kerajaan Mataram Kuno / lama tersebut yaitu
antara lain:
a.
Prasasti
Canggal ditemukan di halaman Candi Gunung Wukir di desa Canggal berangka tahun
732 M dalam bentuk Candrasangkala.
b.
Prasasti
Kalasan, ditemukan di desa Kalasan Yogyakarta berangka tahun 778 M,
ditulisdalam huruf Pranagari (India Utara) dan bahasa Sansekerta. Isinya
menceritakan pendirian bangunan suci untuk dewi Tara dan biara untuk pendeta
oleh raja Panangkaran atas permintaankeluarga Syaelendra dan Panangkaran juga
menghadiahkan desa Kalasan untuk para Sanggha(umat Budha).
c.
Prasasti
Mantyasih ditemukan di Mantyasih Kedu, Jateng berangka tahun 907 M
yangmenggunakan bahasa Jawa Kuno. Isi dari prasasti tersebut adalah daftar
silsilah raja-raja Mataram yang mendahului Bality yaitu Raja Sanjaya, Rakai
Panangkaran, RakaiPanunggalan, Rakai Warak, Rakai Garung, Rakai Pikatan, Rakai
Kayuwangi, RakaiWatuhumalang, dan Rakai Watukura Dyah Balitung.Untuk itu
prasasti Mantyasih/Kedu ini juga disebut dengan prasasti Belitung. d.Prasasti
Klurak ditemukan di desa Prambanan berangka tahun 782 M ditulis dalam huruf
Pranagari dan bahasa Sansekerta isinya menceritakan pembuatan arca Manjusri
oleh Raja Indrayang bergelar Sri Sanggrama dananjaya Menurut para ahli bahwa
yang dimaksud dengan arca Manjusri adalah Candi Sewu yang terletak di Komplek
Prambanan dan nama raja Indra tersebut juga ditemukan pada Prasasti Ligor Dan
Prasasti Nalanda peninggalan kerajaan Sriwijaya.
Sumber berupa Candi Selain prasasti
yang menjadi sumber sejarah adanya kerajaan Mataram ada juga banyak bangunan-
bangunan candi di Jawa Tengah, yang manjadi bukti peninggalan kerajaan Mataram
yaitu seperti Candi-candi pegunungan Dieng, Candi Gedung Songo, yang terletak
di Jawa Tengah Utara.Selanjutnya di Jawa Tengah bagian selatan ditemukan candi
antara lain Candi Borobudur, CandiMendut, Candi Plaosan, Candi Prambanan, Candi
Sambi Sari, dan masih banyak candi-candi yang lain
6. Kerajaan Singasari
Pusat Kerajaan Singosari terletak di Malang, Jawa Timur.
Kerajaan ini didirikan oleh Ken Arok, setelah berhasil membunuh Bupati tumapel
Tunggul Ametung. Ken Arok menjadi raja pertama Singasari dan berhasil
memperistri Ken Dedes, istri Tunggul Ametung. Ken Arok bergelar Sri Ranggah
Rajasa Sang Amurwabumi. Pada tahun 1227 Ken Arok dibunuh oleh Anusapati (anak
dari Tunggul Ametung). Pemerintahan Anusapati tidak berjalan lama karena ia
dibunuh oleh Tohjaya (anak dari Ken Arok). Tidak lama kemudian Ranggawuni (anak
dari Anusapati menuntut kekuasaan dari Tohjaya, tetapi Tohjaya menolak dan
mengirimkan pasukan melawan Ranggawuni, dalam pertempuran tersebut Tohjaya
melarikan diri dan akhirnya meninggal di daerah Katang Lumbung. Ranggawuni naik
tahta dengan gelar Sri Jaya Wisnu Wardana. Setelah meninggal ia digantikan
putranya yaitu Kertanegara. Keruntuhan kerajaan Singasari adalah karena
mendapat serangan Jayakatwang dari Kediri.
7. Kerajaan Majapahit
Kerajaan Majapahit berada di sekitar Delta sungai Brantas,
Mojokerto. Raja Majapahit yang pertama adalah Raden Wijaya dengan gelar
Kertarajasa Jayawardhana. Setelah Raden Wijaya meninggal, Majapahit diperintah
oleh Jayanegara.Dalam masa pemerintahannya timbul beberapa pemberontakan antara
lain, pemberontakan Nambi, Semi, Ranggalawe, Lembu Sora dan Kuti. Pemberontakan
Kuti adalah yang dianggap paling berbahaya karena berhasil menduduki ibukota
Majapahit dan Jayanegara terpaksa mengungsi ke daerah Badander. Akhirnya
pemberontakan Kuti berhasil dipadamkan oleh Gajah Mada, dan berkat jasanya ia
di angkat menjadi patih Kahuripan. Pengganti Jayanegara adalah
Tribuwanatunggadewi. Ketika pemerintahannya timbul pemberontakan Sadeng,
pemberontakan ini juga berhasil ditumpas oleh Gajah Mada sehingga ia di angkat
menjadi Mahapatih Majapahit. Pada waktu pelantikan ia mengucapkan sumpah yang
dikenal dengan "Sumpah Palapa". Isi sumpahnya adalah tidak akan
merasakan palapa (istirahat) sebelum menyatukan nusantara di bawah Majapahit.
Setelah Tribuwanatunggadewi meninggal ia digantikan putranya yaitu Hayam Wuruk.
Majapahit mencapai masa keemasan pada masa pemerintahan Hayam Wuruk, di
dampingi mahapatih Gadjah Mada. Keruntuhan Majapahit antara lain akibat tidak
ada tokoh yang cakap dan berwibawa sesudah wafatnya Hayam Wuruk dan Gajah Mada,
Terjadi Perang paregrek (perang saudara) antara Bhre Wirabumi dan
Wikramawardhana, Banyak negeri bawahan Majapahit yang berusaha melepaskan diri,
dan Berkembangnya agama Islam di pesisir Pantai Utara Jawa.
9. Kerajaan Kendiri
Kediri, adalah salah satu dari dua kerajaan pecahan
Kahuripan pada tahun 1049 (satu lainnya adalah Janggala), yang dipecah oleh
Airlangga untuk dua puteranya. Airlangga membagi Kahuripan menjadi dua kerajaan
untuk menghindari perselisihan dua puteranya, dan ia sendiri turun tahta
menjadi pertapa. Wilayah Kerajaan Kediri adalah bagian selatan Kerajaan
Kahuripan. Sesungguhnya kota Daha sudah ada sebelum Kerajaan Kadiri berdiri.
Daha merupakan singkatan dari Dahanapura, yang berarti kota api. Nama ini
terdapat dalam prasasti Pamwatan yang dikeluarkan Airlangga tahun 1042. Hal ini
sesuai dengan berita dalam Serat Calon Arang bahwa, saat akhir pemerintahan
Airlangga, pusat kerajaan sudah tidak lagi berada di Kahuripan, melainkan pindah
ke Daha.
Pada akhir November 1042, Airlangga terpaksa membelah
wilayah kerajaannya karena kedua putranya bersaing memperebutkan takhta. Putra
yang bernama Sri Samarawijaya mendapatkan kerajaan barat bernama Panjalu yang
berpusat di kota baru, yaitu Daha. Sedangkan putra yang bernama Mapanji
Garasakan mendapatkan kerajaan timur bernama Janggala yang berpusat di kota
lama, yaitu Kahuripan. Menurut Nagarakretagama, sebelum dibelah menjadi dua,
nama kerajaan yang dipimpin Airlangga sudah bernama Panjalu, yang berpusat di
Daha. Jadi, Kerajaan Janggala lahir sebagai pecahan dari Panjalu. Adapun
Kahuripan adalah nama kota lama yang sudah ditinggalkan Airlangga dan kemudian
menjadi ibu kota Janggala.
Pada mulanya, nama Panjalu atau Pangjalu memang lebih sering
dipakai dari pada nama Kadiri. Hal ini dapat dijumpai dalam prasasti-prasasti
yang diterbitkan oleh raja-raja Kadiri. Bahkan, nama Panjalu juga dikenal
sebagai Pu-chia-lung dalam kronik Cina berjudul Ling wai tai ta (1178).
Perkembangan Kerajaan Kendiri
Masa-masa
awal Kerajaan Panjalu atau Kadiri tidak banyak diketahui. Prasasti Turun Hyang
II (1044) yang diterbitkan Kerajaan Janggala hanya memberitakan adanya perang
saudara antara kedua kerajaan sepeninggal Airlangga.
Sejarah
Kerajaan Panjalu mulai diketahui dengan adanya prasasti Sirah Keting tahun 1104
atas nama Sri Jayawarsa. Raja-raja sebelum Sri Jayawarsa hanya Sri Samarawijaya
yang sudah diketahui, sedangkan urutan raja-raja sesudah Sri Jayawarsa sudah
dapat diketahui dengan jelas berdasarkan prasasti-prasasti yang ditemukan.
Kerajaan
Panjalu di bawah pemerintahan Sri Jayabhaya berhasil menaklukkan Kerajaan
Janggala dengan semboyannya yang terkenal dalam prasasti Ngantang (1135), yaitu
Panjalu Jayati, atau Panjalu Menang.
Pada
masa pemerintahan Sri Jayabhaya inilah, Kerajaan Panjalu mengalami masa
kejayaannya. Wilayah kerajaan ini meliputi seluruh Jawa dan beberapa pulau di
Nusantara, bahkan sampai mengalahkan pengaruh Kerajaan Sriwijaya di Sumatra.
Hal
ini diperkuat kronik Cina berjudul Ling wai tai ta karya Chou Ku-fei tahun
1178, bahwa pada masa itu negeri paling kaya selain Cina secara berurutan
adalah Arab, Jawa, dan Sumatra. Saat itu yang berkuasa di Arab adalah Bani
Abbasiyah, di Jawa ada Kerajaan Panjalu, sedangkan Sumatra dikuasai Kerajaan Sriwijaya.
Penemuan
Situs Tondowongso pada awal tahun 2007, yang diyakini sebagai peninggalan
Kerajaan Kadiri diharapkan dapat membantu memberikan lebih banyak informasi
tentang kerajaan tersebut.
Karya
Sastra Kerajaan Kendiri
Seni
sastra mendapat banyak perhatian pada zaman Kerajaan Panjalu-Kadiri. Pada tahun
1157 Kakawin Bharatayuddha ditulis oleh Mpu Sedah dan diselesaikan Mpu Panuluh.
Kitab ini bersumber dari Mahabharata yang berisi kemenangan Pandawa atas
Korawa, sebagai kiasan kemenangan Sri Jayabhaya atas Janggala.
Selain
itu, Mpu Panuluh juga menulis Kakawin Hariwangsa dan Ghatotkachasraya. Terdapat
pula pujangga zaman pemerintahan Sri Kameswara bernama Mpu Dharmaja yang
menulis Kakawin Smaradahana. Kemudian pada zaman pemerintahan Kertajaya
terdapat pujangga bernama Mpu Monaguna yang menulis Sumanasantaka dan Mpu
Triguna yang menulis Kresnayana
Runtuhnya Kerajaan Kendiri
Kerajaan
Panjalu-Kadiri runtuh pada masa pemerintahan Kertajaya, dan dikisahkan dalam
Pararaton dan Nagarakretagama.
Pada
tahun 1222 Kertajaya sedang berselisih melawan kaum brahmana yang kemudian
meminta perlindungan Ken Arok akuwu Tumapel. Kebetulan Ken Arok juga
bercita-cita memerdekakan Tumapel yang merupakan daerah bawahan Kadiri.
Perang
antara Kediri dan Tumapel terjadi dekat desa Ganter. Pasukan Ken Arok berhasil
menghancurkan pasukan Kertajaya. Dengan demikian berakhirlah masa Kerajaan
Kadiri, yang sejak saat itu kemudian menjadi bawahan Tumapel atau Singhasari.
Setelah
Ken Arok mengangkat Kertajaya, Kadiri menjadi suatu wilayah dibawah kekuasaan
Singhasari. Ken Arok mengangkat Jayasabha, putra Kertajaya sebagai bupati
Kadiri. Tahun 1258 Jayasabha digantikan putranya yang bernama Sastrajaya. Pada
tahun 1271 Sastrajaya digantikan putranya, yaitu Jayakatwang. Jayakatwang
memberontak terhadap Singhasari yang dipimpin oleh Kertanegara, karena dendam
masa lalu dimana leluhurnya Kertajaya dikalahkan oleh Ken Arok. Setelah
berhasil membunuh Kertanegara, Jayakatwang membangun kembali Kerajaan Kadiri,
namun hanya bertahan satu tahun dikarenakan serangan gabungan yang dilancarkan
oleh pasukan Mongol dan pasukan menantu Kertanegara, Raden Wijaya.
Raja-raja yang terkenal dari
kerajaan Kediri antara lain :
a.
Raja
pertama Kediri adalah Raja Kameswara (1115 - 1130 M) mempergunakan lancana
Candrakapale yaitu tengkorak yang bertaring pada masa pemerintahannya banyak
dihasilkan karya-karya sastra, bahkan kiasan hidupnya dikenal dalam Cerita
Panji.
b.
Raja
Jayabaya adalah Jayabaya memerintah tahun 1130 - 1160 mempergunakan lancana
Narasingha yaitu setengah manusia setengah singa pada masa pemerintahannya
Kediri mencapai puncak kebesarannya dan juga banyak dihasilkan karya sastra
terutama ramalannya tentang Indonesia antara lain akan datangnya Ratu Adil.
Tahun 1181 pemerintahan raja Sri Gandra terdapat sesuatu yang menarik pada
masa, yaitu untuk pertama kalinya didapatkan orang-orang terkemuka
mempergunakan nama-nama binatang sebagai namanya yaitu seperti Kebo Salawah,
Manjangan Puguh, Macan Putih, Gajah Kuning, dsb.
c.
Raja
terakhir Kediri adalah Kertajaya, (1185-1222). Kertajaya dikenal sebagai raja
yang kejam, bahkan meminta rakyat untuk menyembahnya. Ini ditentang oleh para
Brahmana. Sementara itu, di Tumapel (wilayah bawahan Kediri di daerah Malang)
terjadi gejolak politik: Ken Arok membunuh penguasa Tumapel Tunggul Ametung dan
mendirikan Kerajaan Singhasari. Ken Arok kemudian memanfaatkan situasi politik
di Kediri, ia Beraliansi dengan Brahmana, dan lalu menghancurkan Kediri. Dengan
meninggalnya Kertajaya, Kediri menjadi wilayah Kerajaan Singhasari.
10. Kerajaan medang kemulan
Kerajaan Medang (atau sering juga disebut Kerajaan Mataram
Kuno atau Kerajaan Mataram Hindu) adalah nama sebuah kerajaan yang berdiri di
Jawa Tengah pada abad ke-8, kemudian berpindah ke Jawa Timur pada abad ke-10.
Para raja kerajaan ini banyak meninggalkan bukti sejarah berupa
prasasti-prasasti yang tersebar di Jawa Tengah dan Jawa Timur, serta membangun
banyak candi baik yang bercorak Hindu maupun Buddha. Kerajaan Medang akhirnya
runtuh pada awal abad ke-11.
Prasasti
Mantyasih tahun 907 atas nama Dyah Balitung menyebutkan dengan jelas bahwa raja
pertama Kerajaan Medang (Rahyang ta rumuhun ri Medang ri Poh Pitu) adalah Rakai
Mataram Sang Ratu Sanjaya.
Sanjaya
sendiri mengeluarkan prasasti Canggal tahun 732, namun tidak menyebut dengan
jelas apa nama kerajaannya. Ia hanya memberitakan adanya raja lain yang
memerintah pulau Jawa sebelum dirinya, bernama Sanna. Sepeninggal Sanna, negara
menjadi kacau. Sanjaya kemudian tampil menjadi raja, atas dukungan ibunya,
yaitu Sannaha saudara perempuan Sanna.
Sanna
juga dikenal dengan nama sena atau Bratasenawa, yang merupakan raja Kerajaan
Galuh yang ketiga (709 - 716 M).Bratasenawa alias Sanna atau Sena digulingkan
dari tahta Galuh oleh Purbasora (saudara satu ibu sanna) dalam tahun 716 M.Sena
akhirnya melarikan diri ke Pakuan, meminta perlindungan pada Raja Tarusbawa.
Tarusbawa yang merupakan raja pertama Kerajaan Sunda (setelah tarumanegara
pecah menjadi Kerajaan Sunda dan Kerajaan Galuh) adalah sahabat baik sanna.
Persahabatan ini pula yang mendorong Tarusbawa mengambil Sanjaya menjadi
menantunya. Sanjaya, anak Sannaha saudara perempuan Sanna, berniat menuntut
balas terhadap keluarga Purbasora. Untuk itu ia meminta bantuan Tarusbawa
(mertuanya yangg merupakan sahabat sanna). Hasratnya dilaksanakan setelah
menjadi Raja Sunda yang memerintah atas nama isterinya. Akhirnya Sanjaya
menjadi penguasa Kerajaan Sunda, Kerajaan Galuh dan Kerajaan Kalingga (setelah
Ratu Shima mangkat). Dalam tahun 732 M Sanjaya mewarisi tahta Kerajaan Mataram
dari orangtuanya. Sebelum ia meninggalkan kawasan Jawa Barat, ia mengatur
pembagian kekuasaan antara puteranya, Tamperan, dan Resi Guru Demunawan. Sunda
dan Galuh menjadi kekuasaan Tamperan, sedangkan Kerajaan Kuningan dan
Galunggung diperintah oleh Resi Guru Demunawan, putera bungsu Sempakwaja.
Kisah
hidup Sanjaya secara panjang lebar terdapat dalam Carita Parahyangan yang baru
ditulis ratusan tahun setelah kematiannya, yaitu sekitar abad ke-16.
Raja-raja
yang pernah memerintahi kerajaan medang kemulan antara lain :
·
Sanjaya,
pendiri Kerajaan Medang
·
Rakai
Panangkaran, awal berkuasanya Wangsa Syailendra
·
Rakai
Panunggalan alias Dharanindra
·
Rakai
Warak alias Samaragrawira
·
Rakai
Garung alias Samaratungga
·
Rakai
Pikatan suami Pramodawardhani, awal kebangkitan Wangsa Sanjaya
·
Rakai
Kayuwangi alias Dyah Lokapala
·
Rakai
Watuhumalang
·
Rakai
Watukura Dyah Balitung
·
Mpu
Daksa
·
Rakai
Layang Dyah Tulodong
·
Rakai
Sumba Dyah Wawa
·
Mpu
Sindok, awal periode Jawa Timur
·
Sri
Lokapala suami Sri Isanatunggawijaya
·
Makuthawangsawardhana
·
Dharmawangsa
Teguh, Kerajaan Medang berakhir
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
- Agama hindu-budha datang ke Indonesia melalui para pedagang yang hendak pergi ke China. Para pedagang tersebut singgah cukup lama di Indonesia untuk menunggu angin ke arah utara
- Selama mereka singgah di Indonesia mereka mengajarka agama Hindu
- Lama kelamaan munculah berbagai kerajaan Hindu di Indonesia, seperti Kerajaan Kutai, Tarumanagara, Mataram Kuno, Kediri, Singasari, dan Majapahit.
- Kerajaan Kutai, adalah kerajaan Hindu pertama di Indonesia yang letaknya di Kalimantan Timur dengan Raja Kudungga sebagai pendirinya, dan Raja Mulawarman sebagai Raja yang paling terkenalnya. Peninggalannya berupa Prasasti Yupa
- Kerajaan Tarumanegara, adalah kerajaan hindu yang terletak di Bekasi dengan Raja Purnawarman sebagai rajanya yang paling terkenal. Prasasti yang paling terkenalnya adalah Prasasti Ciaruteun dengan terukirnya telapak kaki Raja Purnawarman yang begitu besar
- Kerajaan Mataram Kuno, adalah kerajaan yang letaknya di Jawa Tengah dan sempat dipindahkan ke Jawa Timur, alasan perpindahannya telah dijelaskan pada Teori Van Bamellen. Pernah terjadi pertikaian antara Dinasti Sanjaya (Samaratungga) dengan Dinasti Syailendra (Pramodhawardani) yang akhirnya membuat Pramodhawardani melarikan diri ke Sumatra. Terdapat peristiwa bersejarah yang disebut Peristiwa Mahapralaya di mana Kerajaan ini hancur diserang Kerajaan Sriwijaya dengan Kerajaan Wurawari ketika sedang diadakan pesta pernikahan
- Kerajaan Kediri, adalah kerajaan yang telah berhasil merebut kekuasaan Kerajaan Mataram Kuno. Pernah terjadi pelarian kaum Brahmana ke wilayah Tumapel karena mereka tidak dihargai di Kerajaan Kediri. Pelarian Brahmana tersebut membuat Kerajaan Kediri mencetuskan peperangan dengan pasukan Tumapel dan menuai kekalahan
- Kerajaan Singasari, adalah kerajaan yang awalnya adalah daerah Tumapel yang kemudian berhasil membuat Kerajaan Kediri tunduk, dan dikuasai. Kerajaan ini terkenal dengan kasus bunuh membunuh antarkeluarga, yang dipicu oleh keinginan Ken Arok untuk memperistri Ken Dedes. Kerajaan ini akhirnya dapat direbut kembali oleh Kerajaan Kediri yang memanfaatkan kasus penyerangan pasukan Kubilaikhan ke Kerajaan ini.
- Kerajaan Majapahit, adalah Kerajaan Hindu terbesar dan terakhir di Indonesia. Dengan Raden Wijaya sebagai pendirinya. Awalnya kerajaan ini hanya sebuah desa kecil pemberian Jayakatwang, dari Kerajaan Kediri yang telah berhasil merebut kekuasaan Kerajaan Singasari. Namun, berkat kecerdikan Raden Wijaya, akhirnya Kerajaan Kediri dapat dikalahkan Majapahit dengan siasat bekerjasama dengan pasukan Kubilaikhan dari Cina. Raja Majapahit yang paling terkenal adalah Raja Hayam Wuruk bersama patihnya, Gajah Mada. Dengan sumpah palapa, Gajah Mada beserta rajanya, Hayam Wuruk berhasil menyatukan nusantara, kecuali untuk sebuah kerajaan kecil, yaitu kerajaan Sunda. Berakhirnya Kerajaan Majapahit, adalah dengan meninggalnya Raja Hayam Wuruk karena patah hati tidak bisa menikahi putri cantik dari kerajaan Sunda, Dyah Pitaloka. Dyah Pitaloka bunuh diri karena keluarganya mati dibunuh pasukan Majapahit yang diperintahkan Gajah mada atas sebuah kesalahpahaman.
- Dengan berakhirnya kekuasaan Majapahit, maka berakhir pula kekuasaan kerajaan hindu di Indonesia. Maka mulai bermunculanlah Kerajaan Islam
B. Saran
Kita
harus menjaga kelestarian dan budaya-budaya yang ditinggalkan agama
Hindu-Budha.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar